BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Indonesia adalah bangsa
yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Terdiri dari
berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak terlepas dari
pengaruh budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India
masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami masa pra-sejarah.
Masuknya kebudayaan India ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-sejarah
dan mulai membawa bangsa Indonesia ke jaman sejarah, karena sejak saat
itu bangsa kita mulai mengenal tulisan. Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat
dari berbagai macam peninggalan-peninggalan yang tersebar hampir disetiap
pulau-pulau di Indonesia yang kini menjadi kebanggaan tersendiri bagi
bangsa ini yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal
bakal terbentuknya bangsa ini. Dengan hadirnya kebudayaan India di Indonesia
banyak sekali aspek yang dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi,
bangunan dan lain-lain. Sebagai generasi penerus bangsa pertama kita wajib
mengetahui sejarah bangsa ini. Sehingga penyusun merasa perlu untuk menyusun
artikel ini agar dapat membantu dan memudahkan pembaca untuk mengetahui sejarah
dan pengaruh kebudayaan India di Indonesia
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia?
2. Bagaimana
perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia ?
3. Peninggalan
apa saja yang dihasilkan dari kerajaan Hindu Budha ?
4. Bagaimana
pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia ?
C. TUJUAN
PENULISAN
1. Mengetahui
proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.
2. Mengetahui
perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
3. Mengetahui
peninggalan kerajaan Hindu Budha.
4. Mengetahui
pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PROSES MASUKNYA KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA.
Pada permulaan tarikh
masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya
dianggap sudah tinggi yaitu India dan Cina. Kedua negara ini menjalin hubungan
ekonomi dan perdangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran
berlangsung melalui darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang
dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur
posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada didekat Selat Malaka
memiliki keuntungan, yaitu:
a. Sering
dikunjungu bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab dan Persia.
b. Kesempatan
melakukan hunungan perdagangan internasional terbuka lebar.
c. Pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain semakin luas.
d. Pengaruh
asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha
Keterlibatan bangsa
Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan
timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan
pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa
hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Budha
ke Indonesia
1. Hipotesis
Brahmana
Hipotesis ini
mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya
Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia
untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung
hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis
Ksatria
Pada hipotesis ksatria,
peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut
hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan
di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang,
lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke
wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni
baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran
agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis
ksatria.
3. Hipotesis
Waisya
Menurut para pendukung
hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah
berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak
berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah
membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah
salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber
mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan
sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan
mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang
memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di
atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama
Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang
disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk
menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli
cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke
Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri.
Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu
Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini
mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para
ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan
prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan
prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan
Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
B. PERKEMBANGAN
KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
1. Kerajaan Kutai
· Berdirinya
Kerajaan Kutai
Letak Kerajaan Kutai
berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang merupakan Kerajaan Hindu
tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang
mana ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut diperkirakan
berasal dari tahun 400 M (abad ke-5). Prasasti Yupa tersebut merupakan prasasti
tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu Kerajaan Hindu tertua yaitu
Kerajaan Kutai..
Yupa adalah tugu batu
yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para Brahmana atas
kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja Mulawarman, Raja yang baik
dan kuat yang merupakan anak dari Aswawarman dan merupakan cucu dari Raja
Kudungga, telah memberikan 100 ekor sapi kepada para Brahmana.
Dari prasati tersebut
didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali didirikan oleh Kudungga kemudian
dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak kejayaan pada masa
Mulawarman (Anak Aswawarman). Menurut para ahli sejarah nama Kudungga merupakan
nama asli pribumi yang belum tepengaruh oleh kebudayaan Hindu. Namun anaknya,
Aswawarman diduga telah memeluk agama Hindu atas dasar kata 'warman' pada
namnya yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta.
· Kejayaan
Kerajaan Kutai
Menurut prasasti Yupa, puncak
kejayaan Kerajan Kutai berada pada masa kepemerintahan Raja Mulawarman. Pada
masa pemerintahan Mulawarman, kekuasaan Kerajaan Kutai hampir meliputi seluruh
wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kerajaan Kutai pun hidup sejahtera dan
makmur.
· Keruntuhan
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berakhir
saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan
melawan Aji Pangeran Sinum Panji yang merupakan Raja dari Kerajaan Kutai
Kartanegara. Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan dua buah
kerajaan yang berbeda. Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada abad ke-13 di
Kutai Lama. Terdapatnya dua kerajaan yang berada di sungai Mahakam tersebut
menimbulkan friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadi peperangan
diantara kedua Kerajaan tersebut.
· Raja-raja
Kerajaan Kutai
Berikut di bawah ini
merupakan daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Maharaja
Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja
Aswawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja
Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja
Marawijaya Warman
5. Maharaja
Gajayana Warman
6. Maharaja
Tungga Warman
7. Maharaja
Jayanaga Warman
8. Maharaja
Nalasinga Warman
9. Maharaja
Nala Parana Tungga
10. Maharaja
Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja
Indra Warman Dewa
12. Maharaja
Sangga Warman Dewa
13. Maharaja
Candrawarman
14. Maharaja
Sri Langka Dewa
15. Maharaja
Guna Parana Dewa
16. Maharaja
Wijaya Warman
17. Maharaja
Sri Aji Dewa
18. Maharaja
Mulia Putera
19. Maharaja
Nala Pandita
20. Maharaja
Indra Paruta Dewa
21. Maharaja
Dharma Setia
Dalam hal kebudayaan
sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat suci
dengan nama "Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.
2. Kerajaan
Tarumanegara
· Beridirnya
Kerajaan Tarumanagara
Menurut Naskah
Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara
lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan
akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya berasal
dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah dalam
peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu dari
rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama
Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang berkuasa di
barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka Jayasingawarman membuka
tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh
Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun kemudian
desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, sehingga Tarumadesya
menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang menjadi
setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukan perkembangan
yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian membentuk sebuah Kerajaan
yang bernama Tarumanagara.
· Kejayaan
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara
mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Purnawarman. Dimasa
kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara diperluas dengan
menaklukan kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat Luas Kerajaan
Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. Selain itu
Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang kerjaana,
peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman. Raja
Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya
· Keruntuhan
Kerajaan Tarumanagara
Raja ke-12
Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya bernama
Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana yang
kemudian menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami Manasih yaitu
Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanagara ke
kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan Tarumanagara) dan
kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
· Sumber
Sejarah Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara
banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya 7 buah prasati
yaitu:
1. Prasasti
Ciareteun yang ditemukan di Ciampea, Bogor.
2. Prasasti Pasri
Koleangkak yang ditemukan di perkebunan Jambu.
3. Prasasti
Kebonkopi yang ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang
4. Prasasti
Tugu yang ditemukan di dareah Tugu, Jakarta.
5. Prasasti Pasir
Awi yang ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor.
6. Prasasti Muara
Cianten yang juga ditemukan di Bogor.
7. Prasasti
Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai
Cidanghiang,
Selain dari prasasti,
terdapat juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya:
1. Berita dari Fa-Hien,
seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa)
tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam catatannya di sebutkan rakyat
Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana
dan Animisme.
2. Berita dari
Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan dari
negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan.
3. Berita dari
Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari
Tolomo.
· Raja-raja
Kerajaan Tarumanagara
Selama berdirinya
Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, kerajaan tersebut
pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya:
1. Jayasingawarman
(358-382 M.)
2. Dharmayawarman
(382-395 M.)
3. Purnawarman
(395-434 M.)
4. Wisnuwarman
(434-455 M.)
5. Indrawarman
(455-515 M.)
6. Candrawarman
(515-535 M.)
7. Suryawarman
(535-561 M.)
8. Kertawarman
(561-628 M.)
9. Sudhawarman
(628-639 M.)
10. Hariwangsawarman
(639-640 M.)
11. Nagajayawarman
(640-666 M.)
12. Linggawarman
(666-669 M.)
3. Kerajaan
Majapahit
Kerajaan Majapahit
Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana
yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.
· Masa
Kejayaan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit ini
mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389).
Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar
dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam
Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah
Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan yang
dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan
buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam
bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa
Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal
disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami
kemunduran.
· Penyebab
kemunduran
Majapahit kehilangan
tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg tahun
1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai
melepaskan diri.
· Raja-raja pada kerajaan Majapahit
Kerajaan Maja pahit
dipimpin oleh
1. Raden Wijaya 1273 –
1309
2. Jayanegara 1309-1328
3.
Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
4. Hayam Wuruk 1350-1389
5. Wikramawardana
1389-1429
6. Kertabhumi 1429-1478
4. Kerajaan
Singasari
· Berdirinya
Kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari
atau s ering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan
di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini
sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Kerajaan ini bercorak
Hindu.
· Masa
Kejayaan
Kertanagara adalah
raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292).
Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa.
Pada tahun 1275 ia
mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk
menjadikan Sumatra sebagai
benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol.
Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan
dari Kerajaan Malayu).
Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti
arca Amoghapasa yang dariKertanagara,
sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284,
Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.
Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai
Khan mengirim
utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol.
Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagam
amenyebutkan
daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada
masa Kertanagara antara
lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun,
danBakulapura.
· Kerutuhan
kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari
yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang,
yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri.
Dalam serangan itu Kertanagara mati
terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi
raja dan membangun ibu kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan
Tumapel-Singhasari pun berakhir.
· Raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Singasari
Arok mati dibunuh
Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari
selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya
Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.
1. Ken
Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
2. Anusapati
(1247 - 1249)
3. Tohjaya
(1249 - 1250)
4. Ranggawuni
alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
5. Kertanagara
(1272 – 1292)
4. Kerajaan
Sriwijaya
· Berdirinya
Kerajaan Sriwijaya
Bukti tertua datangnya
dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang pendeta Tiongkok
bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih
dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat
juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang.
Selain berita dari
luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya,
diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi dari
prasasti terseubt adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan
membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa
daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur. Dari kedua bukti tertua
di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja
pertamanya adalah Dapunta Hyang.
Lokasi Kerajaan
Sriwijaya di wilayah Sumatera bagian selatan, Pusat pemerintahannya kemungkinan
besar di sekitar `Palembang, Sumatera, meskipun ada pendapat lain yang
menyebutkan Ligor di Semenanjung malaya sebagai pusatnya.
· Faktor Pendorong
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
1. Letaknya
yang strategis
2. Kemajuan
kegiatan perdagangannya.
3. Keruntuhan
Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberikan kesempatan bagi perkembangan
Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke- 6 dipegang
oleh kerajaan Funan.
4. Memiliki
armada laut yang kuat
5. Melayani
distribusi ke berbagai wilayah nusantara
· Sumber sejarah
1. Berita Asing
yaitu Berita Cina, Berita Arab, Dan Berita India
2. Dari dalam
negeri berwujud prasasti yaitu prasasti kedukan bukit, prasasti talang tuo
,prasasti kota kapur ,prasasti telaga batu, prasastikarang berahi dan prasasti
ligor
· Mundurnya
Kerajaan Sriwijaya
Faktor Politik
Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan
besar yang juga memiliki kepentingan dalamdunia perdagangan, seperti Kerajaan
Siam di sebelah utara. Pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami
kemunduran. Hal ini disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi.
Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai
daerah-daerah diSemenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah
Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran
perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
· Sebab-sebab
keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kebesaran Kerajaan
Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11. Kemunduran itu bermula dari serangan
besar – besaran yang dilancarkan Kerajaan Cola (India) di bawah pimpinan Raja
Rajendra Coladewa pada tahun 1017 dantahun 1025. Perisitiwa serangan Kerajaan
Cola dapat diketahui dari prasasti Tanjore ( 1030 )
a. Pada
saat tahun 990 M Kerajaan Sriwijaya diserang oleh raja Dharmawangsa dari P.
Jawa
b. Banyak
daerah atau kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri.
c. Pernah
diserang oleh raja Rajendra Coladewa dari Colamandala India dua kali, yaitu
tahun 1025 M dan 1030 M
d. Adanya
ekspedisi Pamalayu dari kerajaan Singasari pada tahun 1275 M
e. Muncul
dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
f. Serangan
kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada,
1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit Terjadinya serangan dari
kerajaan Majapahit pada tahun 1477M Pada sekitar pertengahan abad ke-14, nama
Sriwijaya sudah tidak pernah lagi disebut – sebut dalam sumber sejarah.
Kerajaan Sriwijaya benar – benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari
Jawa
· Raja-raja
yang Pernah Memerintah
Menurut sejarah
kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan yang megah dan jaya dimasa lampau. Raja
raja yang pernah memerintah adalah :
1. Dapunta
Hyang Srijayanegara
2. Dharmasetu
3. Balaputradewa
4. Cudamani
Warmadewa
5. Sanggrama
Wijaya Tunggawarman
5. Kerajaan
Mataram Kuno
· Berdirinya
Kerajaan Mataram Kuno
Menurut Prasasti
Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa
nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang
memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang
dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang
memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna
digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan
diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda.
Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna
sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai
Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan
Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram
Kuno.
Dari prasasti yang
dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan
Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang
pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
· Runtuhnya
Kerajaan Mataram Kuno
Kemunduran kerajaan
Mataram Kuno pada Masa Raja Dharmawangsa yang disebabkan karena kedudukan
ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal
ini disebabkan oleh:
a. Tidak
memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
b. Sering
dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi
c. Mendapat
ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya
Oleh karena itu pada
tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir
Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini dianggap
sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan
Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis. Hal ini mengacu pada letak
sungai Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses pelayaran sungai menuju
Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Timur atau Kerajaan Medang Kawulan.
· Sumber
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
1. Prasasti
Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun
732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang
isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa
Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang
menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha
(saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti
Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan
pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja
Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
3. Prasasti
Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah
raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja
Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai
Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4. Prasasti
Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari
dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Candi-candi peninggalan
Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan,
Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi
Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja
yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.
· Raja-raja
Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri, Kerajaan
Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut:
1. Sanjaya,
pendiri Kerajaan Mataram Kuno
2. Rakai
Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra
3. Rakai
Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai
Warak alias Samaragrawira
5. Rakai
Garung alias Samaratungga
6. Rakai
Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
7. Rakai
Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai
Watuhumalang
9. Rakai
Watukura Dyah Balitung
10. Mpu
Daksa
11. Rakai
Layang Dyah Tulodong
12. Rakai
Sumba Dyah Wawa
13. Mpu
Sindok, awal periode Jawa Timur
14. Sri
Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15. Makuthawangsawardhana
16. Dharmawangsa
Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir
C. PENINGGALAN
YANG DIHASILKAN DARI KERAJAAN HINDU BUDHA
Pada masa kerajaan
Hindu-Budha di Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah, baik berupa
bangunan kuno (seni bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut beberapa
peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha.
a. Seni
bangun
Peninggalan-peninggalan
sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton,
makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu,
sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika.
Contoh kompleks
percandian atau candi adalah sebagai berikut :
1. Pada
masa kerajaan Sriwijaya ditemukan candi Muara takus di daerah Jambi.
2. Di
Jawa Tengah ada Stupa Borobudur, candi Mendut dan candi Pawon.
Bangunan bangunan ini
berfungsi sebagai tempat ibadah. Sampai sekarang peninggalan-peninggalan
tersebut masih dipergunakan oleh umat Budha untuk pelaksanaan upacara
memperingati hari Waisak.
3. Candi
Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke
VIII M. Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini
adalah candi Hindu. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan (kuil).
4. Candi
lain yang bercorak Hindu adalah candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu
Baka, Candi Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari,
candi Kidal, Candi Panataran, dan kompleks percandian di Trowulan Mojokero.
b. Seni
Rupa dan Seni Ukir
Pengaruh India membawa
perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat. Hal ini
disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding
candi Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini
dikenal dengan Karma Wibangga yang dipahatkan dalam salah satu dinding Studa
Borobudur.
c. Seni
Sastra dan Aksara
Hasil sastra berbentuk
prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur : kitab
keagamaan), wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).
Wiracarita yang
terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul wiracarita
gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh.
Perkembangan aksara,
perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, mengakibatkan berkembangnya
karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf Nagari (dari
India) disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).
d. Prasasti
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang
ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada
sejumlah situs arkeologi,
menandai akhir dari zaman prasejarah,
yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang
masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana
masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang
mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi.
Contoh peninggalan Hindu Budha yang berbentuk prasasti :
˗ Prasasti Cidanghiyang atau
Prasasti Munjul, Desa Lebak,
Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten,
abad ke-5
˗ Prasasti Sojomerto,
Desa Sojomerto,
Kecamatan Reban, Batang, Jawa
Tengah, awal abad ke-7 paling tua.
˗ Prasasti Plumpungan,
Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga, Jawa
Tengah, 24 Juli 750
e. Sistem
Kemasyarakatan.
Sistem kasta merupakan
penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang yang
bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul
dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat
kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan
asli Indonesia.
f. Filsafat
dan Sistem Kepercayaan
Kepercayaan asli bangsa
Indonesia adalah animisme dan dinamisme, percaya adanya kehidupan sesudah mati,
yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek
moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh
nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di
India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan,
candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja
yang telah wafat.
g. Sistem
Pemerintahan
Pengaruh India di
Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara
sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah
menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan
melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di
Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di
bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya
kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya
pemujaan Dewa Raja.
D. PENGARUH
KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA
a. Kepercayaan
atau agama
Bidang kepercayaan atau
agama Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan
yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat
Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau
jiwa sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki
kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara
berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite
para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia
sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau
dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses
akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi
satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda
dengan agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India.
Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan
oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang
dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh
umat Hindu di India
b. Bahasa
Wujud akulturasi dalam
bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang
dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang
menggunakan bahasa Sanskerta.
c. Organisasi
sosial kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam
bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik
yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya
pengaruh India. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak
dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip
musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai
putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu
pengangkatan Wikramawardana.
d. Bidang
Sosial
Dalam bidang sosial
terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat.Perubahan
itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat.
Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta
sudra.
e. Sistem
pengetahuan
Wujud akulturasi dalam
bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan
kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu
tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi
adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya
654 + 78 = 732 M.
f. Teknologi
Salah satu wujud
akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni
bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi
keberadaan candi-candi diIndonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di
India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya
melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu
sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan
pembuatan arca dan bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban
dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan
masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
g. Kesenian
Wujud akulturasi dalam
bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni bangunan dan seni
pertunjukan.
1. Seni
rupa
Unsur seni rupa India
telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya relief-relief cerita
sang Budha pada candi Borobudur, cerita Ramayana pada candi Prambanan. Dan
sekarang relief-relief tersebut dijadikan hiasan pada bangunan, seperti yang
terdapat pada pustaka wilayah yang terdapat di provinsi Riau.
2. Seni
sastra
Bahasa sanskerta yang
berasal dari India tersebut membawa pengaruh besar terhadap perkembangan
sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan
sanskerta. Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga
memiliki nilai sastra yang tinggi.
3. Seni
bangunan
Yang menjadi bukti
berkembanngnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi. Dasar
bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman
megalitikum yang berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh
dari kebudayaan India sehingga menjadi wujud sebuah candi.
4. Seni
Pertunjukkan
Wayang Seni pertunjukan
wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan pertunjukan
wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi
dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari
kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendapat mengenai
proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, yaitu
hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus Balik.
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh besar
di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah
satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan
dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun.
Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara,
Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit.
Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap
perkembangan kebudayaaan di Indonesia. Namun kebudayaan asli Indonesia tidak
begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian
dengan kebudayaan, maka terjadilah proses akulturasi kebudayaan.
B. SARAN
Kebudayaan yang
berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari India. Pengaruh
itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita membandingkan
peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum
kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat
sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau
keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu.
Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan
kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang ditinggalkan
agama Hindu-Budha.
DAFTAR
PUSTAKA
jika ada salah kata mohon maaf.
mohon kritik dan saran dari para pembaca.
Terima Kasih ^^
Ijin copas bagian pendahuluan gan, thanks udah berbagi
BalasHapusmampir ke blog ane
www.sahrulparawie.web.id
siap siap
Hapusmenarik sekali untuk dibaca makalah nya kak makasih
BalasHapusaxis aigo
izin pake buat referensi yaa thank youu
BalasHapus