BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu komponen lingkungan hidup yang terdapat di antroposfer. Manusia dengan segala aktivitasnya dapat memengaruhi fenomena antroposfer yang terjadi di permukaan bumi. Fenomena antroposfer seperti kelahiran, kematian, dan migrasi menyebabkan antroposfer sangat dinamis. Dinamika tersebut tidak jarang menimbulkan permasalahan kependudukan.
Antroposfer mempelajari tentang kondisi demografis suatu wilayah yang meliputi jumlah penduduk, kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, dan lain-lain. Pengertian yang diperkenalkan oleh Eratosthenes, geografi merupakan ilmu yang mendeskripsikan manusia dengan lingkungan alam di wilayah-wilayah tertentu berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. Pengkajian geografi berkaitan dengan aspek alam tentang tempat terjadinya gejala dan aspek manusia penghuni alam tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fenomena antroposfer?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi antroposfer?
C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui pengerttian fenomena antroposfer
2. untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi antroposfer
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FENOMENA ANTROPOSFER
Antroposfer berasal dari kata antro yang berarti manusia dan spehere berarti lapisan. Jadi, antroposfer adalah kajian kependudukan dalam konteks keruangan. Sumber daya manusia adalah segala potensi dan kemampuan yang ada dalam diri manusia yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan dan kelangsungan hidup manusia.
Antroposfer adalah lapisan manusia yang merupakan tema sentral di antara sfera-ftera. Karena kajian geografi merupakan tema sentral, maka kajian geografis sering disebut antroposentris. Pengertian yang diperkenalkan oleh Eratosthenes, geografi merupakan ilmu yang mendeskripsikan manusia denganlingkungan alam di wilayah-wilayah tertentu berdasarkan data dan informasi yangdiperoleh.
Fenomena antroposfer berkaitan dengan potensi atau kemampuan penduduk serta permasahan-permasahalan penduduk. Permasalahan kependudukan antara lain jumlah penduduk, kepadatan penduduk, persebaran penduduk, migrasi dan kualitas penduduk. Fenomena antroposfer dapat dipelajari melalui kajian ilmu. Beberapa ilmu yang dapat digunakan untuk mempelajari fenomena antroposfer sebagai berikut
1. Demografi
secara etimology (kebahasaan) berasal bahasa Latien, kata ‘demograhie’ terdiri dari dua kata yaitu demos dan graphien, demos artinya penduduk dan graphien berarti catatan, bahasan tentang sesuatu. Secara etimology makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai penduduk suatu daerah pada waktu tertentu
Secara epistemology (berdasarkan ilmu pengetahuan), pengertian demografi tidak sesederhana seperti dalam perspektif etimology, kata demografi diberi makna lebih spesifik tentang penduduk.
2. Kependudukan
Kependudukan sebagai studi (Population studies) memberikan informasi yang lebih komperhensif mengenai sebab-akibat dan solusi pemecahan masalah dari munculnya fenomena demografi.
Kependudukan sebagai sebuah multidisiplin ilmu (studies) yang memfokuskan pada berbagai persoalan kehidupan manusia menunjukkan space kependudukan yang sangat luas. Keluasan studi kependudukan memungkinkan untuk memberikan penjelasan fenomena sosial, budaya, ekonomi, ketahanan, lingkungan fisik yang dihadapi oleh penduduk baik dalam wilayah pedesaan pertanian, pesisir maupun perkotaan.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANTROPOSFER
A. Faktor Alam
a. Struktur Geologis
Struktur geologis pada permukaan bumi memengaruhi geomorfologi suatu wilayah. Geomorfologi sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan penduduk yang ada di wilayah tersebut, khususnya kegiatan di bidang ekonomi.
b. Topografi atau Relief
Daerah dengan topografi terlalu tinggi, terlalu miring, dan terlalu bergelombang, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi cenderung lebih sulit berkembang dibandingkan dengan daerah yang memiliki topografi relatif datar seperti di daerah dataran rendah. Berbagai usaha pertanian di daerah yang mempunyai topografi kasar akan sulit berkembang, misalnya Swiss, Austria, Tibet, Nepal, serta kawasan di sepanjang Pegunungan Andes (Amerika Selatan). Sebaliknya dataran rendah seperti Cina, tanah rendah di Inggris, dan kawasan prairie di Amerika Serikat mempunyai topografi yang baik untuk pertanian. Konfigurasi garis pantai juga merupakan jenis topografi yang berpengaruh pada kegiatan manusia, misal pantai berteluk-teluk (fyord) di Norwegia menguntungkan dalam usaha perikanan.
c. Lokasi
Lokasi geografis dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) lokasi absolut, yaitu lokasi yang ditentukan oleh garis lintang dan garis bujur di permukaan bumi. Penentuannya secara matematis dan tidak dapat diubah, dan
(2) lokasi relatif, yaitu berkaitan dengan bentuk daratan atau perairan. Lokasi ini menyangkut keterjangkauan (assesibilitas) suatu daerah.
d. Iklim
Iklim adalah faktor lingkungan yang sangat penting dalam memengaruhi kegiatan manusia. Kekayaan budaya banyak sekali dipengaruhi oleh iklim misalnya model pakaian, bentuk bangunan rumah, dan sistem pertanian.
e. Tanah
Tanah merupakan lapisan paling atas dari permukaan bumi. Tanah mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia di antaranya untuk tempat tinggal dan sebagai lahan untuk kegiatan bercocok tanam. Tanah sebagai salah satu sumber daya alam perlu dijaga kelestariannya.
f. Flora dan Fauna
ketersediaan flora dan fauna mempermudah kehidupan manusia. Manfaat flora bagi manusia antara lain:
1. Sumber bagan makanan terutama bagi manusia dan binatan
2. Sumber bahan dasar obat-obatan trandisional
3. Sumber bagan dasar pembuatan kosmetik serta
4. Penghasil kayu untuk bahan industri, perumahan, pakaian dan kerajinan.
B. Faktor Adaptasi Manusia
Kehidupan manusia tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut antara lain perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologis, serta lingkungan sosial. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut menyebabkan seluruh makhluk hidup termasuk manusia perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungannya agar dapat mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup yang diperlukan. Penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan ini dinamakan suatu tindak adaptasi. Adaptasi dari makhluk hidup khususnya dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu adaptasi genetis dan adaptasi somatis.
1. Adaptasi Genetis
Setiap lingkungan hidup selalu merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh tertentu. Struktur yang dibentuk ini dapat bersifat menurun dan permanen, sehingga dapat dikatakan adanya hubungan yang kuat antara struktur tertentu dari organisme dengan lingkungan hidupnya. Manusia memiliki banyak ciri-ciri genetika yang spesifik dibanding makhluk hidup lainnya, antara lain:
1. mempunyai susunan gigi yang lengkap
– gigi incisivus untuk mengerat seperti binatang pengerat (rodentia),
– gigi caninus untuk merobek-robek daging seperti binatang pemakan daging (carnivora), dan
– gigi molar untuk menghancurkan makanan seperti binatang pemakan tumbuhan (herbivora),
2. mempunyai organ pencernaan dengan enzim-enzim dan kekuatan-kekuatan khusus yang ada di dalamnya,
3. mempunyai struktur badan yang lengkap, termasuk susunan syaraf yang menjadikan manusia sebagai makhluk hidup “berakal”.Keadaan sifat-sifat genetika tersebut membuat manusia mempunyai toleransi yang besar terhadap lingkungan hidupnya.
2. Adaptasi Somatis
Adaptasi somatis adalah adaptasi yang berbentuk perubahan struktural ataupun fungsional, bersifat sementara serta tidak diturunkan kepada keturunannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan yang baru, maka struktur atau fungsinya bisa berbeda pula sesuai dengan perubahan yang terjadi. Misalnya, pada daerah panas kulit manusia akan berubah menjadi lebih gelap, sedangkan daerah yang dingin menjadi lebih terang. Di daerah pegunungan dengan kadar oksigen yang lebih rendah dari daerah pantai, maka bentuk jantung dan paruparu juga akan menyesuaikan menjadi lebih besar.
Adaptasi somatis selain mengubah struktur dan fungsi pada manusia, juga dapat mengubah kemampuan manusia. Dengan kemampuan ini manusia menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang bermacam-macam. Berbagai alat yang diproduksi manusia semakin lama semakin kompleks sesuai dengan kemajuan teknologi mereka, misal kemajuan teknologi di bidan konstruksi bangunan, pakaian, persenjataan, obat-obatan sampai teknologi mengeksplorasi luar angkasa. Kemampuan ini tidak dapat dijumpai pada makhluk lain seperti binatang maupun tumbuhan. Adaptasi somatis ini juga mampu membentuk sifat-sifat manusia menjadi agresif, pemalas, pemarah, dan sebagainya.
Adaptasi pada manusia di muka bumi dengan kondisi lingkungan yang berbeda akan menimbulkan bentuk adaptasi yang berbeda pula, misalnya cara berpakaian, bermata pencaharian, berbahasa, dan sebagainya. Secara keseluruhan adaptasi itu akan membentuk pola-pola kebudayaan yang berbedabeda yang tersebar di permukaan bumi, sehingga membentuk wilayah kebudayaan (cultural region).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antroposfer adalah lapisan manusia yang merupakan tema sentral di antara sfera-ftera. Karena kajian geografi merupakan tema sentral, maka kajian geografis sering disebut antroposentris. Pengertian yang diperkenalkan oleh Eratosthenes, geografi merupakan ilmu yang mendeskripsikan manusia denganlingkungan alam di wilayah-wilayah tertentu berdasarkan data dan informasi yangdiperoleh.Beberapa ilmu yang dapat digunakan untuk mempelajari fenomena antroposfer yaitu Demografi dan Kependudukan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Antroposfer merupakan faktor dari alam ataupun faktor dari adaptasi manusia
B. Saran
Kami mengetahui makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itulah kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar makalah yang kami buat kedepannya nanti akan lebih baik. Kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
bagus sekali kak makalah nya
BalasHapuscara upgrade xl ke 4g
Ngebantu bgt
BalasHapus